Kalimat yang diambil dari kitab nabi Yesaya (30,21) ini adalah motto tahbisan dua orang pastor Salesian yang baru. Mereka adalah Fransiskus Borgias Adventus da Silva dan Yulius Dadang Supriyanto. Kata mereka, kutipan kitab suci ini sudah mereka pakai sebagai motto pada waktu mereka mengikrarkan kaul pertama untuk menjadi biarawan Salesian sekitar 11 tahun yang lalu. Mereka merasa bahwa Tuhan sudah menyiapkan jalan sehingga mereka dapat melewati dan menikmatinya selama proses pembinaan, dan akhirnya sampai pada saat pentahbisannya sebagai imam.
Mereka berdua kini adalah imam baru yang masih sangat segar. Mereka ditahbiskan menjadi imam Salesian pada hari Rabu, 15 Agustus oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, di gereja Paroki Santo Yohanes Bosco, Jakarta Utara. Ritual tahbisan imam dilakukan dalam Ekaristi Kudus Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga. Perayaan Ekaristi dimulai pada pukul 17:00 waktu Jakarta dan kurang lebih berlangsung selama dua jam. Seluruh ruang gereja yang berkapasitas 800-900 orang jika terisi penuh itu, diisi oleh para imam konselebran, biarawan-biarawati, para seminaris menengah dan tinggi, anggota keluarga dari kedua imam baru, para undangan, dan umat paroki.
Di dalam homilinya, Uskup Suharyo mendorong dan menyemangati semua pendengarnya untuk bercita-cita menjadi kudus. Bunda Maria telah memulainya melalui peristiwa Ia diangkat oleh Tuhan ke surga jiwa dan badannya. Tuhan Allah sungguh memperhatikan semua kebaikan, kerendahan dan kerelaan pada dirinya, seperti yang terungkap dalam magnifikatnya. Semua itu telah menjamin dirinya untuk diangkat ke surga dan diberikan kemuliaan oleh Tuhan. Bunda Maria selalu membimbing dan mendoakan kita masing-masing supaya kita juga dapat ditinggikan dan dimuliakan Tuhan.
Khususnya tentang sakramen imamat, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) itu menegaskan bahwa menjadi imam bukan sebagai tujuan, tetapi sebagai jalan untuk menjadi kudus. Pastor Adventus dan Pastor Dadang, yang mengikuti jejak para pastor seniornya, telah memilih jalan ini. Harapannya ialah agar mereka menjadi kudus melalui kehidupan dan tanggung jawab panggilan imamatnya. Kehidupan dan tugas sebagai imam adalah menjadi gembala yang berada bersama kawanan domba yaitu umat Allah. Di dalam setiap relasi yang dibentuk dan kebaikan yang diperbuat terhadap orang-orang yang dilayani, di situ ada jalan kepada kekudusan.
Penegasan gembala Keuskupan Agung Jakarta ini ingin disesuaikan dengan motto yang dipakai oleh kedua pastor baru Salesian itu. Di dalam sambutan untuk menyampaikan suka cita dan syukur, Pastor Dadang mengatakan bahwa di dalam kisah panggilan mereka masing-masing, yang dapat dibaca di dalam buku kenangan tahbisan, ditemukan semua liku perjalanan mereka menjawabi panggilan Tuhan. Mereka merasakan suatu proses pembinaan yang tidak gampang tetapi juga tidak susah untuk dilalui. Mereka sangat mengakui dan mensyukuri semua orang yang telah menemani dan mendampingi mereka sampai pada tahap imamat. Ucapan syukur dan terima kasih mereka kepada semua pihak yang telah membuat perayaan meriah tahbisan berlangsung dengan baik dan lancar. Tuhan menyelenggarakan semua itu terjadi.
Dengan ditugaskan kedua pastor baru itu di Keuskupan Agung Jakarta: Pastor Adventus di komunitas Wisma Salesian Don Bosco dan Pastor Dadang di komunitas Tigaraksa, Tangerang, Bapak Uskup berkenan memberikan yurisdiksi kepada mereka masing-masing. Yurisdiksi ialah sebuah “SK” yang diberikan Uskup kepada imam yang bekerja di wilayah Keuskupannya. Bagi Uskup Suharyo, kehadiran para Salesian di Keuskupan Agung Jakarta sejak tahun 1985 ikut memberikan warna bagi kekayaan spiritualitas di Gereja lokal ini.
Umat dan para undangan menyempatkan diri untuk bersalaman dan berfoto bersama kedua imam baru setelah semua upacara liturgi selesai. Itu adalah kenangan spesial untuk mereka bawa pulang. Berkat dari kedua imam baru menyemangati hidup mereka dalam jalan kepada kekudusan.